Jumat, 11 Januari 2013

model pembelajaran tipe jigsaw





MAKALAH
INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Guna Memenuhi Tugas Inovasi Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu : Prayito




                                                                          


Disusun oleh :
Margareta Dwi S.        11310059
Rahayu Agustina        11310086
Novala Rizky Prima    11310093

Kelas 3B Matematika

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2012
  




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Aspek kehidupan yang paling mendasar dalam perkembangan dan pembangunan bangsa adalah pendidikan. Pendidikan juga merupakan sarana yang tepat untuk membentuk karakter siswa sejak dini karena banyak hal yang dipelajari oleh siswa di lingkungan sekolah, mulai dari interaksi dan sosialisasi dengan teman lain, sampai seberapa jauh siswa mampu berfikir aktif dan kreatif untuk perkembangan otak. Dalam hal ini, proses pembelajaran melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang biasa disebut dengan kegiatan belajar mengajar. Seorang guru akan mengajarkan materi pembelajaran berdasarkan kurikulum yang telah disepakati. Misalnya kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikenal dengan istilah kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan, berfikir dan bertindak yang semua itu harus dilakukan oleh siswa.
Namun, dalam kenyataannya, kegiatan belajar mengajar kurang meningkatkan kreatifitas siswa karena guru masih monoton dalam penyampaian materi. Apalagi pelajaran matematika yang menjadi momok oleh siswa karena hanya berhitung, dan menghafal rumus. Tanpa metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, kegiatan belajar mengajar terasa membosankan  dan monoton karena hanya didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru, padahal tidak semua semua siswa mempunyai minat dan bakat dalam pelajaran matematika.
Untuk itu, perkembangan metode pembelajaran yang menyenangkan siswa untuk lebih berfikir kreatif dan inovatif perlu dikembangkan oleh guru untuk peningkatan prestasi belajar siswa. Maka guru harus memikirkan cara yang tepat untuk memberikan metode yang kreatif sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dianggap cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran siswa, karena selain mampu mengembangkan kreatifitas, pembelajaran kooperatif juga juga dapat melatih siswa untuk berinteraksi dengan baik dan terutama memberikan rasa tanggung jawab untuk diri sendiri dan temannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran cooperatif learning, cooperatif learning, dan pembelajaran cooperatif tipe jigsaw?
2.      Apakah tujuan pembelajaran cooperatif?
3.      Bagaimana langkah-langkah untuk menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar?
4.      Apa saja kelebihan dan kekurangan penerapan Model Cooperatif Tipe Jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar?
5.      Apa saja solusi untuk mengatasi kelemahan tipe jigsaw?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian pembelajaran cooperatif learning, cooperatif learning, dan pembelajaran cooperatif tipe jigsaw.
2.      Mengetahui tujuan pembelajaran cooperatif.
3.      Mengetahui langkah-langkah menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Jigsaw.
4.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Jigsaw.
5.      Mengetahui solusi untuk mengatasi kelemahan tipe jigsaw.
D.    Manfaat
1.      Manfaat Teoritis
a)      Penulis dapat memberikan sedikit ilmu tentang pengertian Model Pembelajaran  Cooperatif Learning Tipe Jigsaw.
b)      Penulis dapat memahami pentingnya kreatifitas pembelajaran untuk mendukung kemampuan siswa berkreasi.
c)      Penulis dapat memberikan sedikit keunggulan dan kekurangan model pembelajaran tersebut.
2.      Manfaat Praktis
a)      Pembaca dapat memahami pentingnya kreatifitas guru dalam memberikan model pembelajaran.
b)      Pembaca dapat mengetahui solusi pemberian materi agar siswa tidak bosan dengan model pembelajaran yang monoton.
c)      Pembaca dapat mengetahui tujuan pembelajaran model jigsaw.
d)     Pembaca dapat mengetahui solusi untuk memecahkan masalah kelemahan model pembelajaran tipe jigsaw.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembelajaran Model Cooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran cooperatif learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran cooperatif learning dapat pula di definisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk struktur ini adalah 5 unsur pokok, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. (Suprijono, 2009 : 89-90).
Cooperatif Learning adalah strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan membantu sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok , yang terdiri dari 2 anggota kelompok atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang kemampuan masing-masing individu berbeda. Untuk menyelesaiakan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif, belajar akan di katakan belum selesai apabila salah satu anggota kelompok itu belum menguasai materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif  yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya. (Lie, 2008 : 70). Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.
Model pembelajaran seperti ini harus dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan berkreatif siswa dan tentunya meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu, pembelajaran ini juga dapat meningkatkan komunikasi siswa karena berani menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain maupun kelompok sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan bisa di latih untuk lebih berani dengan pembelajaran model ini.

B.     Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. (Salvin, 1994 : 121). Sistem ini berbeda dengan  kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Dan tujuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu sendiri adalah memberikan rasa tanggung jawab individu dan kelompok untuk keberhasilan bersama dan untuk saling berinteraksi dengan kelompok lain. Untuk itu, kekompakkan dan kerja sama yang solid antar kelompok menentukan berhasil dan tidaknya pembelajaran tersebut karena satu sama lain akan memberikan informasi yang telah di dapat dari kelompok lain.

C.     Langkah-langkah menerapkan kooperatif learning tipe jigsaw
Perkembangan ilmu teknologi sangat memungkinkan siswa untuk lebih kreatif dalam pembelajaran untuk mencari informasi yang dapat di aplikasikan dalam setiap materi dan membuat siswa aktif berpartisipasi yang melibatkan intelektual dan emosional. Jadi dalam hal ini, bukan hanya guru yang berbicara, namun siswa ikut aktif dalam pembelajaran yang telah ia ketahui dari teknologi.
Selain itu, bekerja sama antar kelompokn ataupun sesama siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Tipe mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode belajar koopertif learning. Tipe ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. (Lie, 2008 : 69)
Jigsaw didesain untuk meningkatkan tanggung jawab siswa dan pembelajaran orang lain karena siswa tidak hanya mempelajari materi yang telah ia dapat, tetapi juga harus memberikan materi kepada orang lain. Model pembelajaran ini terdiri dari kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang atau lebih untuk saling bekerja saling ketergantungan  positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan di sampaikan kepada anggota kelompok lain dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan memahami materi tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan materi yang kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal dan masing-masing diberi tanggung jawab untuk keberhasilan masing-masing individu.
Langkah-langkah penerapan Jigsaw adalah:
a.       Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Membuat penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan konsep (konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di rumah)
b.      Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di rangking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi dalam 25%(rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25%(rangking 11-15) kelompok sedang, 25% (rangking 15-20) kelompok rendah.
c.       Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Expert
Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 group (A – E) yang isi tiap groupnya hiterogen dalam kemampuan matematika, berilah indek 1 untuk siswa dlam kelompok sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang, dan indek 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, … A4 group A dari kelompok rendah. Tiap group akan berisi:
Group A (A1, A2, A3, A4)
Group B (B1, B2, B3, B4)
Group C (C1, C2, C3, C4)
Group D (D1, D2, D3, D4)
Group E (E1, E2, E3, E4)
Tiap kelompok ini diberi konsep matematika (Bangun Ruang) sesuai dengan kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang sangat baik diberi materi yang lebih komplek worksheet 1 (limas segitiga). Kelompok 2 diberi mater worksheet 2 (tabung). Kelompok 3 diberi materi worksheet 3 (balok) dan kelompok 4 diberi materi worksheet (kubus).
Setiap kelompok diharapkan belajar topic yang diberikan dengan baik sebelum ia kembali kedalam group sebagai tim ahli (expert), peran pendidik cukup penting dalam fase ini.
d.      Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tententu ini kembali ke kelompok semula. Pada fase ini kelima group (1 – 5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu (worksheet 1 – 4). Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota group untuk mempresentasikan keahliannya dalam group nya masing-masing satu per satu. Diharapkan terjadi sharing pengetahuan antar mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
Group A
A1, A2, A3, A4
Group 2
B1, B2, B3, B4
Group 3
C1, C2, C3, C4
Group 4
D1, D2, D3, D4
Group E
E1, E2, E3, E4
Lalu di bagi menjadi:
Kelompok 1
A1, B1, C1, D1, E1
Kelompok 2
A2, B2, C2, D2, E2
Kelompok 3
A3, B3, C3, D3, E3
Kelompok 4
A4, B4, C4, D4, E4
Ø  Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan
Ø  Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.
Ø  Tanyakan pada anggota group sebelum tanya pada pendidik tentang materi
e.       Test (Penilaian)
Guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada test ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika pada saat belajar mereka saling bahu membahu untuk memperoleh konsep yang benar, maka pada saat penilaian ini mereka harus bekerja sendiri-sendiri, jika mungkin tempat duduknya agak di jauhkan.
f.       Pengakuan Kelompok
Penilaian pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat  memberikan kontribusi maksimum pada kelompoknya dalam system skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya di dasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.


D.    Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran tipe Jigsaw
1.      Keunggulan:
a.       Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika.
b.      Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk di diskusikan.
c.       Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
d.      Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan.
e.       Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
f.       Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
g.      Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
h.      Masalah matematika cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat di demonstrasikan secara objektif.
2.      Kelemahan:
a.       Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke kelompok lain.
b.      Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaiakn materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.
c.       Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d.      Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota kelompok.
e.       Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
f.       Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.

E.     Solusi untuk mengatasi masalah Jigsaw
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Pengelompokkan dilakukan terlebih dahulu dengan mengurutkan kemampuan matematika siswa dalam kelas misalnya kita bagi dalam 25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% (rangking 11-15) kelompok sedang, dan seterusnya. Selanjutnya kita akan membagi menjadi 5 group (A-E) yang isi tiap-tiap group anggotanya heterogen dalam kemampuan matematika, berilah indek 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang dan indek 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, . . . A4 group A dari kelompok rendah). Tiap group akan berisi group A {A1,A2,A3,A4}, group B {B1,B2,B3,B4}, group C {C1,C2,C3,C4}, group D{D1,D2,D3,D4} dan seterusnya.
2.      Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama {A1,B1,C1,D1} kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugas mereka. Jika ditemukan ada anggota ahli yang belum tuntas, maka dilakukan remidial yang dilakukan oleh teman satu tim.


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dari pemaparan tentang model pembelajaran tipe jigsaw, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw ini cukup baik untuk di kembangkan dalam dunia pendidikan untuk memberikan rasa tanggung jawab, kerja sama, berinteraksi dengan orang lain dan melatih rasa percaya diri untuk menyampaikan pendapat. Dan yang tidak kalah penting adalah manfaat untuk lebih kreatif dalam mengembangkan materi pembelajaran terutama matematika yang penuh dengan ide-ide kreatif, bukan hanya siswa yang di tuntut untuk kretif, namun guru juga di tuntut kreatif agar proses pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton.
  
  
  

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie.2008.Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Dahlan.1990.Model-model Mengajar. Bandung : CV. Diponegoro
Kurnianingsih, Sri.2006. Matematika SMA Kelas X. Jakarta : Gelora Angkasa Pratama
Slavin.1994.Pembelajaran kooperatif : Model Pembelajaran Tope Jigsaw http://www.scribd.com/doc/ 2011/09/21/Model-Pembelajaran-Tipe-Jigsaw
Suprijono, Agus.2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :Kencana