MAKALAH
INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Guna
Memenuhi Tugas Inovasi Pembelajaran Matematika
Dosen
Pengampu : Prayito
Disusun
oleh :
Margareta
Dwi S. 11310059
Rahayu
Agustina 11310086
Novala
Rizky Prima 11310093
Kelas
3B Matematika
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Aspek
kehidupan yang paling mendasar dalam perkembangan dan pembangunan bangsa adalah
pendidikan. Pendidikan juga merupakan sarana yang tepat untuk membentuk
karakter siswa sejak dini karena banyak hal yang dipelajari oleh siswa di
lingkungan sekolah, mulai dari interaksi dan sosialisasi dengan teman lain,
sampai seberapa jauh siswa mampu berfikir aktif dan kreatif untuk perkembangan
otak. Dalam hal ini, proses pembelajaran melibatkan guru sebagai pendidik dan
siswa sebagai peserta didik yang biasa disebut dengan kegiatan belajar
mengajar. Seorang guru akan mengajarkan materi pembelajaran berdasarkan
kurikulum yang telah disepakati. Misalnya kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang dikenal dengan istilah kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan,
berfikir dan bertindak yang semua itu harus dilakukan oleh siswa.
Namun, dalam kenyataannya,
kegiatan belajar mengajar kurang meningkatkan kreatifitas siswa karena guru
masih monoton dalam penyampaian materi. Apalagi pelajaran matematika yang
menjadi momok oleh siswa karena hanya berhitung, dan menghafal rumus. Tanpa
metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, kegiatan belajar mengajar
terasa membosankan dan monoton karena
hanya didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan
apa yang di sampaikan oleh guru, padahal tidak semua semua siswa mempunyai
minat dan bakat dalam pelajaran matematika.
Untuk itu,
perkembangan metode pembelajaran yang menyenangkan siswa untuk lebih berfikir
kreatif dan inovatif perlu dikembangkan oleh guru untuk peningkatan prestasi
belajar siswa. Maka guru harus memikirkan cara yang tepat untuk memberikan
metode yang kreatif sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa. Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dianggap cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran
siswa, karena selain mampu mengembangkan kreatifitas, pembelajaran kooperatif
juga juga dapat melatih siswa untuk berinteraksi dengan baik dan terutama
memberikan rasa tanggung jawab untuk diri sendiri dan temannya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan pembelajaran cooperatif learning, cooperatif learning, dan
pembelajaran cooperatif tipe jigsaw?
2.
Apakah
tujuan pembelajaran cooperatif?
3.
Bagaimana
langkah-langkah untuk menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe
Jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar?
4.
Apa
saja kelebihan dan kekurangan penerapan Model Cooperatif Tipe Jigsaw dalam
kegiatan belajar mengajar?
5.
Apa
saja solusi untuk mengatasi kelemahan tipe jigsaw?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian pembelajaran cooperatif learning, cooperatif learning, dan
pembelajaran cooperatif tipe jigsaw.
2.
Mengetahui
tujuan pembelajaran cooperatif.
3.
Mengetahui
langkah-langkah menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Jigsaw.
4.
Mengetahui
kelebihan dan kekurangan penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe
Jigsaw.
5.
Mengetahui
solusi untuk mengatasi kelemahan tipe jigsaw.
D.
Manfaat
1. Manfaat
Teoritis
a) Penulis
dapat memberikan sedikit ilmu tentang pengertian Model Pembelajaran Cooperatif
Learning Tipe Jigsaw.
b) Penulis
dapat memahami pentingnya
kreatifitas pembelajaran untuk mendukung kemampuan siswa berkreasi.
c) Penulis
dapat memberikan sedikit keunggulan
dan kekurangan model pembelajaran tersebut.
2. Manfaat
Praktis
a) Pembaca
dapat memahami pentingnya kreatifitas
guru dalam memberikan model pembelajaran.
b) Pembaca
dapat mengetahui solusi pemberian
materi agar siswa tidak bosan dengan model pembelajaran yang monoton.
c) Pembaca dapat mengetahui tujuan pembelajaran model
jigsaw.
d) Pembaca dapat mengetahui solusi untuk memecahkan masalah
kelemahan model pembelajaran tipe jigsaw.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembelajaran Model Cooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran cooperatif learning merupakan salah
satu model
pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual.
Sistem pembelajaran cooperatif learning dapat pula di definisikan sebagai
sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk struktur ini
adalah 5 unsur pokok, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
(Suprijono, 2009 : 89-90).
Cooperatif
Learning adalah strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja dan membantu sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok , yang terdiri dari 2 anggota kelompok atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang kemampuan masing-masing individu berbeda. Untuk
menyelesaiakan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Di dalam pembelajaran
kooperatif, belajar akan di katakan belum selesai apabila salah satu anggota
kelompok itu belum menguasai materi pelajaran.
Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya. (Lie, 2008 :
70). Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan
mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk
mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi
dan bersosialisasi.
Model
pembelajaran seperti ini harus dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan
berkreatif siswa dan tentunya meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu,
pembelajaran ini juga dapat meningkatkan komunikasi siswa karena berani
menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain maupun kelompok
sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan bisa di
latih untuk lebih berani dengan pembelajaran model ini.
B.
Tujuan
Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi
dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. (Salvin,
1994 : 121). Sistem ini berbeda dengan
kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana
keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Dan tujuan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu sendiri adalah memberikan rasa
tanggung jawab individu dan kelompok untuk keberhasilan bersama dan untuk
saling berinteraksi dengan kelompok lain. Untuk itu, kekompakkan dan kerja sama
yang solid antar kelompok menentukan berhasil dan tidaknya pembelajaran
tersebut karena satu sama lain akan memberikan informasi yang telah di dapat
dari kelompok lain.
C.
Langkah-langkah
menerapkan kooperatif learning tipe jigsaw
Perkembangan ilmu teknologi sangat memungkinkan siswa
untuk lebih kreatif dalam pembelajaran untuk mencari informasi yang dapat di
aplikasikan dalam setiap materi dan membuat siswa aktif berpartisipasi yang
melibatkan intelektual dan emosional. Jadi dalam hal ini, bukan hanya guru yang
berbicara, namun siswa ikut aktif dalam pembelajaran yang telah ia ketahui dari
teknologi.
Selain itu, bekerja sama antar kelompokn ataupun sesama
siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi. Tipe mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson
sebagai metode belajar koopertif learning. Tipe ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. (Lie, 2008 : 69)
Jigsaw didesain untuk meningkatkan tanggung jawab siswa
dan pembelajaran orang lain karena siswa tidak hanya mempelajari materi yang
telah ia dapat, tetapi juga harus memberikan materi kepada orang lain. Model
pembelajaran ini terdiri dari kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang atau
lebih untuk saling bekerja saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan
materi pelajaran yang harus dipelajari dan di sampaikan kepada anggota kelompok
lain dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk
mempelajari dan memahami materi tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan materi yang kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal
dan masing-masing diberi tanggung jawab untuk keberhasilan masing-masing
individu.
Langkah-langkah penerapan Jigsaw adalah:
a.
Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
diberikan. Membuat penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam
kegiatan belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara
keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan konsep (konsep ini menjadi
tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di rumah)
b.
Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu
kemampuan matematikanya dan sudah di rangking (siswa tidak perlu tahu), kita
bagi dalam 25%(rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok
baik, 25%(rangking 11-15) kelompok sedang, 25% (rangking 15-20) kelompok
rendah.
c.
Pembentukan dan
Pembinaan Kelompok Expert
Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 group (A –
E) yang isi tiap groupnya hiterogen dalam kemampuan matematika, berilah indek 1
untuk siswa dlam kelompok sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3
untuk kelompok sedang, dan indek 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti
group A dari kelompok sangat baik, … A4 group A dari kelompok rendah. Tiap
group akan berisi:
Group A (A1, A2, A3, A4)
Group B (B1, B2, B3, B4)
Group C (C1, C2, C3, C4)
Group D (D1, D2, D3, D4)
Group E (E1, E2, E3, E4)
Tiap kelompok ini diberi konsep matematika (Bangun
Ruang) sesuai dengan kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang
sangat baik diberi materi yang lebih komplek worksheet 1 (limas segitiga).
Kelompok 2 diberi mater worksheet 2 (tabung). Kelompok 3 diberi materi
worksheet 3 (balok) dan kelompok 4 diberi materi worksheet (kubus).
Setiap kelompok diharapkan belajar topic yang
diberikan dengan baik sebelum ia kembali kedalam group sebagai tim ahli
(expert), peran pendidik cukup penting dalam fase ini.
d.
Diskusi
(pemaparan) kelompok ahli dalam group
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tententu
ini kembali ke kelompok semula. Pada fase ini kelima group (1 – 5) memiliki
ahli dalam konsep-konsep tertentu (worksheet 1 – 4). Selanjutnya pendidik
mempersilahkan anggota group untuk mempresentasikan keahliannya dalam group nya
masing-masing satu per satu. Diharapkan terjadi sharing pengetahuan antar
mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
Group A
A1, A2, A3, A4
Group 2
B1, B2, B3, B4
Group 3
C1, C2, C3, C4
Group 4
D1, D2, D3, D4
Group E
E1, E2, E3, E4
Lalu di bagi menjadi:
Kelompok 1
A1, B1, C1, D1, E1
Kelompok 2
A2, B2, C2, D2, E2
Kelompok 3
A3, B3, C3, D3, E3
Kelompok 4
A4, B4, C4, D4, E4
Ø Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa
setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan
Ø Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab
bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai
konsep.
Ø Tanyakan pada anggota group sebelum tanya pada
pendidik tentang materi
e.
Test (Penilaian)
Guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa
yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada test ini siswa tidak
diperkenankan untuk bekerja sama. Jika pada saat belajar mereka saling bahu
membahu untuk memperoleh konsep yang benar, maka pada saat penilaian ini mereka
harus bekerja sendiri-sendiri, jika mungkin tempat duduknya agak di jauhkan.
f.
Pengakuan
Kelompok
Penilaian pembelajaran kooperatif berdasarkan skor
peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa,
tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya.
Setiap siswa dapat memberikan kontribusi
maksimum pada kelompoknya dalam system skor kelompok. Siswa memperoleh skor
untuk kelompoknya di dasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
D.
Keunggulan
dan Kelemahan Metode Pembelajaran tipe Jigsaw
1.
Keunggulan:
a.
Kelompok
kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika.
b.
Ruang
lingkup
dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk di diskusikan.
c.
Meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya
sendiri dan orang lain.
d.
Meningkatkan
kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan.
e.
Meningkatkan
keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
f.
Meningkatkan
kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
g.
Melatih
keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia
dapat kepada anggota kelompok lain.
h.
Masalah
matematika cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat di
demonstrasikan secara objektif.
2.
Kelemahan:
a.
Kondisi
kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke
kelompok lain.
b.
Dirasa
sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaiakn materi pada teman jika tidak
punya rasa percaya diri.
c.
Kurang
partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain,
biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d.
Ada
siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota kelompok.
e.
Awal
penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang
cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
f.
Aplikasi
metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi
bisa diatasi dengan model “team teaching”.
E.
Solusi
untuk mengatasi masalah Jigsaw
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan yang muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Pengelompokkan
dilakukan terlebih dahulu dengan mengurutkan kemampuan matematika siswa dalam
kelas misalnya kita bagi dalam 25% (rangking 1-5) kelompok sangat
baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% (rangking 11-15)
kelompok sedang, dan seterusnya. Selanjutnya kita akan membagi menjadi 5
group (A-E) yang isi tiap-tiap group anggotanya heterogen dalam
kemampuan matematika, berilah indek 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik,
indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang dan indek 4 untuk
kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, . . .
A4 group A dari kelompok rendah). Tiap group akan berisi group A {A1,A2,A3,A4},
group B {B1,B2,B3,B4}, group C {C1,C2,C3,C4}, group D{D1,D2,D3,D4} dan
seterusnya.
2.
Sebelum
tim ahli, misalnya ahli materi pertama {A1,B1,C1,D1} kembali ke kelompok asal
yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi
yang menjadi tugas mereka. Jika ditemukan ada anggota ahli yang belum tuntas, maka
dilakukan remidial yang dilakukan oleh teman satu tim.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Simpulan
Dari pemaparan tentang model pembelajaran tipe jigsaw,
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe
jigsaw ini cukup baik untuk di kembangkan dalam dunia pendidikan untuk
memberikan rasa tanggung jawab, kerja sama, berinteraksi dengan orang lain dan
melatih rasa percaya diri untuk menyampaikan pendapat. Dan yang tidak kalah
penting adalah manfaat untuk lebih kreatif dalam mengembangkan materi
pembelajaran terutama matematika yang penuh dengan ide-ide kreatif, bukan hanya
siswa yang di tuntut untuk kretif, namun guru juga di tuntut kreatif agar
proses pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie.2008.Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Dahlan.1990.Model-model Mengajar. Bandung : CV. Diponegoro
Kurnianingsih, Sri.2006. Matematika SMA Kelas X. Jakarta : Gelora
Angkasa Pratama
Slavin.1994.Pembelajaran
kooperatif : Model Pembelajaran Tope
Jigsaw http://www.scribd.com/doc/
2011/09/21/Model-Pembelajaran-Tipe-Jigsaw
Suprijono,
Agus.2009. Cooperative Learning : Teori
dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :Kencana